Jam 3 Pagi

Cerita Horor Jam 3 Pagi

Namaku Sandi (Semua nama tokoh dan latar tempat di samarkan), aku berumur 18 Tahun dan tinggal bersama Adikku saja, alias Orang tua kami sudah meninggal. Adik ku bernama Gaata, dia berumur 16 Tahun. Pada hari Kamis, aku dan adikku berencana liburan ke hotel terdekat dan murah. Karena besok Jum' at dan seterusnya sampai hari Selasa Libur.

Padahal aku ingin berdua saja dengan adikku karena kita jarang sekali pergi bersama, tetapi adikku ingin mengajak temannya, jadi ya sudahla aku biarkan dia mengajak teman temannya. Karena adikku mengajak teman temannya maka aku juga akan mengajak temanku. Temanku dan teman adikku mau ikut semua, tapi temanku ingin pergi ke gunung, bukan ke hotel. Karena jika ke hotel bersama orang banyak rasanya agak aneh, jadi dia ingin ke gunung. "Baiklah kalau begitu ayo ke gunung saja. Kami berangkat dari rumah pukul 5 pagi, dan kumpul di rumahku.

Saat perjalanan kami berbincang dan bergurau seperti biasanya. Karena belum sarapan jadi kami memutuskan untuk makan di warung terdekat. Entah kenapa, tapi rasanya seperti ada yang mengikuti kami. Entah aku saja yang merasakan atau ada yang merasakan selain aku. Tapi aku abaikan saja gangguan itu, mungkin hanya perasaanku.

Singkat cerita setelah makan kami langsung kembali menaiki mobil dan melanjutkan perjalanan. Setelah 20 menit an kami pun sudah dekat dengan gunung, aku melihat papan yang bertulis " Mobil tidak boleh melewati area ini" jadi kami terpaksa berjalan menuju area dalam gunung itu. Kami harus melewati pedesaan terlebih dahulu, dan temanku bertanya pada salah satu warga disana "Permisi pak, jalan menuju area dalam gunung apa masih jauh ?", "jauh, sekitar 7 Kilo Meter an." Ucap kakek itu, "baik terima kasih pak" ucap temanku.

Lalu kakek itu berkata lagi "Jangan ngomong kasar kalau sudah di dalam hutan area gunung itu, dan jangan berkeliaran saat pukul 3 pagi". Teman temanku pun meng abaikan perkataan kakek itu, mereka langsung melanjutan perjalanan. Setelah sampai di hutan, aku dan teman temanku langsung mencari kayu dan membuat tenda, Sedangkan adikku dan temannya melihat pemandangan sekitar.

Setelah selesai membuat tenda, kami bermin di sekitar gunung dan foto bersama. Malam pun tiba, aku dan temanku langsung menyalakan api unggun yang sudah disiapkan tadi pagi. Lagi dan lagi aku merasakan ada orang yang mengikuti kami. Tapi aku tetap mengabaikan itu. Karena sudah jam 11 kami pun langsung tidur di dalam tenda. Aku pun langsung tidur, sedangkan mereka masih mengobrol di dalam tenda. Beberapa jam aku tertidur, Gaata lalu membangunkanku. Dia berkata bahwa Ada salah satu temannya yang hilang dari tenda.

Saat aku melihat jam di hpku ternyata sudah jam 3 pagi. Gaata pun panik lalu aku membangunkan teman temanku. Kami langsung mencari salah satu teman Gaata yang menghilang itu. Beberapa menit kemudian aku teringat akan perkataan kakek yang berada di pedesaan itu, bahwa tidak boleh berkelian jam 3 pagi. Karena aku tidak mau mengambil resiko jadi aku mengajak temanku dan gaata beserta teman temannya untuk kembali ke tenda dan melanjutkan pencarian besok pagi. Mereka pun kembali ke tenda, tetapi Gaata dan beberapa temanku tetap melanjutan pencarian.

Aku sudah memperingati mereka berkali kali tetapi tidak ada yang nurut. Karena aku masih mengantuk, jadi aku membiarkan mereka untuk melanjutkan pencarian. Saat aku melakukan perjalanan kembali ke tenda, aku mendengar suara bayi ketawa. Aku langsung mencari sumber suara itu, suara bayi itu semakin pelan dan tiba tiba hilang. Karena aku tidak mau terlalu jauh dari wilayah tenda kami, aku langsung mengabaikan suara bayi itu. Setelah suara bayi itu menghilang, aku mendengar lagi suara perempuan menangis.

Kali ini aku tdak mencari sumbernya, aku mengira bahwa aku memang benar benar halusinasi, jadi aku langsung kembali ke tenda. Suara perempuan itu makin lama makin keras. Aku tetap melanjutkan perjalanan ke tenda. Sampai di basecamp, aku langsung menuju ke tendaku dan kembali tidur. Aku tidurnya sendiri karena teman temanku mencari teman Gaata yang hilang itu. Sampai di dalam tenda aku melihat ada Perempuan berbaju putih banyak darah dan tanpa kepala. Aku spontan langsung keluar dari tenda dan teriak "TOLONG!!". Beberapa orang yang tidak ikut pencarian pun terbangun dan langsung menuju ke tendaku. Saat di cek tidak ada siapa siapa. Mereka langsung menenangkanku, aku pun teringat kembali ucapan orang di desa itu. Lalu aku kembali masuk tenda dan mencoba untuk tidur sambil ditemani beberapa teman Gaata.

Singkat cerita hari sudah pagi, dan aku melihat teman temanku sudah kembali dari pencarian. Tetapi mereka masih belum menemukan teman Gaata yang hilang itu. Lalu aku tanya kepada Gaata bagaimana bisa temannya hilang. Dia berkata bahwa saat pukul setengah 3 pagi temannya tidak bisa tidur, jadi dia keluar dari tenda dan duduk di daerah api unggun, lalu Gaata masuk ke tenda dan menyalakan Hp, beberapa menit kemudian Gaata melihat temannya sudah tidak ada.

Setelah mendengar cerita Gaata itu, aku langsung mempercayai perkataan orang di pedesaan itu. Lalu aku dan beberapa temanku mencari teman Gaata yang hilang itu. Sudah 1 jam lebih kita mencari tapi kami tidak menemukan jejak apapun. Aku pun duduk dan mencoba berpikir secara logika tentang hilangnya Teman Gaata itu. Waktu itu orang pedesaan itu berkata Jangan berkeliaran pukul 3 Pagi. Jika memang teman Gaata itu hanya diam di daerah Api Unggun, dia tidak mungkin hilang. Jadi teman Gaata itu mungkin berkeliaran di daerah hutan itu.

Aku mencoba menelusuri lagi daerah hutan ini, lalu aku menemukan sebuah bulpen. Aku berpikir kalau bulpen itu milik Teman Gaata, jadi aku langsung mencoba mencari keberadaannya. Lalu aku melihat ada batu besar dan ada lubang di permukaannya. Aku mengajak temanku untuk masuk lubang itu. Seketika temanku dan aku kaget saat melihat yang ada di dalam lubang itu adalah kepala orang tanpa badannya.

Aku pun langsung keluar dari lubang itu, dan membawa temanku yang lainnya untuk melihat isi lubang itu. Salah satu temanku berkata kalau kepala itu adalah kepala Teman Gaata yang hilang itu. Aku bingung harus bagaimana, lalu aku terpaksa membawa kepala itu ke basecamp. Gaata pun terkejut setelah melihat Kepala tanpa badan itu. Teman teman yang lainnya pun terkejut ada juga yang menangis.

Setelah 1 jam an saat keadaan sudah agak tenang,

Gaata mengajak pulang karena ia sudah tidak tahan lagi dengan hutan ini. Singk cerit ternyata saat Gaata dalam perjalanan menuju Tenda pukul 5 Pagi, ia juga mendengan suara bayi tertawa dan perempuan menangis, tetapi ia tidak melihat perempuan tanpa Kepala itu. Aku dan yang lain pun setuju, kami langsung mengubur kepala Teman Gaata di Basecamp. Saat perjalanan pulang, kami kembali melewati pedesaan itu lagi. Aku langsung mencari orang pedesaan yang waktu itu. Dia ternyata lagi berdiri memandang lautan di sebrang desa.

Aku langsung menuju ke orang itu dan berkata,

Aku : Pak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Hutan itu?
Bapak: Jadi kamu mengalaminya juga ya.

Aku menebak kalau orang itu sudah tau apa yang kami alami.

Aku : Jadi bapak sudah tau ?
Bapak : Bukan cuma kalian yang mengalaminya, ada puluhan kelompok yang mengalami kejadian itu.
Aku : Lalu kenapa bapak tidak memberitahu kami dari awal ?
Bapak : Meskipun bapak memberitahu kalian, kalian juga akan mengabaikannya kan ?

Aku hanya terdiam dan teman temanku menyesali perbuatannya karena mengabaikan Orang itu.

Bapak : Hutan itu disebut sebagai Hutan Kepala, 10 Tahun yang lalu ada keluarga yang berkunjung ke gunung itu, di keluarga itu ada seorang Ibu yang menggendong bayi. Pada suatu malam,  ketika semua orang sudah tidur, Bayi itu menangis. Lalu ibu itu menenangkan Bayi itu agar tidak menangis. Ibu itu pun keluar dari tenda agar anak lebih tenang. Ibu itu berkeliling hutan dengan membawa bayinya dan tanpa disadari dia sudah jauh dari tenda dan tidak tau jalan pulang. Sudah 3 jam Bayi itu menangis dan ibu itu juga tidak tau jalan kembali ke tenda, ibu itu pun teriak " Tolong!" Berharap ada orang yang datang kepadanya dan memberitahu jalan. Sudah 2 jam berlalu tapi tidak ada 1 orangpun yang datang. Ibu itu pun pasrah lalu duduk di bawah pohon sambil menggendong bayinya yang masih menangis itu. 9 jam kemudian, ibu itu sudah menyerah, ia berniat bunuh diri karena ia kesal dengan anaknya yang masih menangis. Dia mencari alat yang bisa membuatnya bunuh diri, lalu ia menemukan pisau di sakunya. Ia pun menaruh bayinya di bawah pohon, lalu ibu itu menusuk lehernya sendiri sampai terpotong. Sampai sekarang tidak ada yang tau apa yang terjadi dengan anak itu. Saat warga menemukan Wanita itu, bayinya sudah tidak ada.

Lalu aku dan teman teman tercengang dan tidak menyangka bahwa hutan yang tadi kami tempati adalah hutan angker. Di gunung itu ada banyak sekali hutan, dan aku benar benar bingung mengapa bisa kami menempati hutan yang angker.





The End




● Baca Juga :